Tujuan Bisnis dan B2B vs B2C | Dasar - Dasar Bisnis

 Tujuan Bisnis

    Para pelaku bisnis (Business Actor) melakukan aktifitas bisnis guna mencapai berbagai tujuan (Objective). Tujuan (Objective) yang dimaksud disini dapat dirumuskan sebagai hasil akhir (End Results) yang hendak dicapai oleh para pelaku bisnis dari bisnis atau usaha yang mereka jalankan. Dengan begitu tujuan yang hendak dicapai oleh para pelaku bisnis akan sangat bermacam-macam antara kegiatan bisnnis yang satu dengan kegiatan bisnis lainnya. Meski begitu, terdapat beberapa tujuan bisnis yang secara umum menjadi pedoman atau orientasi para pelaku bisnis.
    Menurut Peter Drucker (1968 : 83) tujuan bisnis yang hendak dicapai oleh suatu perusahaan mencakup : Innovation, Market Standing, Physical and Financial Resources, Profitability, Manager Performance and Development, Worker Performance and Attitude, Public Responsibility,. Gitman (2006) juga menambahkan bahwasanya tujuan utama yang ingin dicapai oleh aktivitas bisnis yang dilakukan oleh perusahaan adalah Stockholders Wealth Maximization.

Wealth Maximization 
Para pelaku usaha mendirikan perusahaan dengan ambisi agar usaha yang dibangun mampu memberikan keuntungan (Profit) yang akan menambah kekayaan para pelaku bisnis tersebut. Setelah perusahaan bertambah besar, para pendiri perusahaan akan merekrut para tenaga kerja profesional yang diharapkan mampu bekerja sesuai dengan kepentingan para pengusaha, yaitu para tenaga keja profesional tersebut dapat menghasilkan laba yang maksimal guna memaksimalkan kekayaan para investor.

Market Standing
Penguasaan pasar (Market Standing) merupakan salah satu tujuan utama perusahaan. Penguasaan pasar hendaknya memberikan jaminan bagi perusahaan untuk memperoleh pendapatan penjualan (Sales Revenue) serta profit dalam jangka panjang.
    Penguasaan pasar tidak hanya diukur dari besarnya tingkat penjualan yang dapat dilakukan oleh perusahaan (Market Size). Perusahaan juga harus bisa membaca potensi pasar dan arah persaingan pada masa yang akan datang melalui penelusuran aktivitas pesaing yang terlihat dari teknologi yang dipasok oleh para Supplier kepada perusahaan pesaing, sehingga produk perusahaan tidak akan tersingkir dari pasar oleh produk pesaingnya.

Innovation
Menurut Drucker (1969: 90) terdapat 2 jenis inovasi pada setiap bisnis. Pertama, inovasi produk maupun jasa. Yang kedua, inovasi dari berbagai keahlian (Skills) dan aktivitas-aktivitas yang diperlukan untuk menghasilkan inovasi jenis pertama tersebut.
    Selebihnya, inovasi berkaitan dengan penciptaan nilai (Value Creation) yang akan memberi para konsumen kepuasan lebih besar untuk setiap uang yang dibelanjakan. Dalam hal ini harus juga diingat bahwa konsumen sebagai pembeli bersedia menukar rupiah yang mereka miliki dengan barang maupun jasa, karena barang atau jasa tersebut memiliki nilai (Value). Maka dari itu tujuan bisnis yang ingin dicapai melalui inovasi adalah menciptakan nilai pada suatu produk.
    Misalnya, pada saat konsumen membeli Mobil Sport Lamborghini, maka selain membeli alat transportasi yang mempercepat perjalanan, konsumen tersebut juga berharap mobil sport yang ia pakai dapat menaikkan nilai diri (Personal Value) konsumen itu sendiri. Demikian pula pada saat konsumen mebeli mie instan, ia bersedia menukar uangnya karena akan memperoleh kenikmatan mengkonsumsi mie.

Phisycal and Financial Resources
Bagi perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur, kemampuan perusahaan untuk memperoleh pasokan bahan baku yang berkelanjutan dengan harga yang terjangkau akan sangat menentukan daya saing perusahaan.
    Selain pengendalian terhadap sumber daya fisik (termasuk di dalamnya kapasitas pabrik, fasilitas pergudangan, dll), perusahaan juga harus memiliki pengendalian sumber daya keuangan yang memadai. Dengan begitu, perusahaan jenis apapun haruslah memilki tujuan penguasaan terhadap sumber daya fisik dan keuangan.

Profitability
Para pelaku bisnis yang mempunyai badan usaha seperti persekutuan komanditer (CV), perseroan terbatas (PT), firma dan koperasi merupakan contoh badan usaha yang bertujuan untuk menghasilkan laba. Begitu pula dengan kegiatan usaha yang dilakukan oleh perseorangan yang tidak memiliki badann usaha seperti pedagang kaki lima (PKL), warung, kios, dan usaha informal lain memiliki tujuan utama yaitu unutuk menghasilkan profit.
    Bisnis yang dilakukan oleh para pelaku bisnis tidak hanya sebatas mengandalkan keuntungan atau laba sesaat, tetapi juga diharapkan dengan adanya laba maka perusahaan dapat mengembangkan usahanya menjadi usaha yang semakin besar dan semakin menguntungkan juga.
    Perusahaan besar seperti Coca-Cola, Levi's dan Unilever mengembangkan suatu budaya perusahaan yang terus disebut The Living Company yang dimana salah satu ciri dari perusahaan tersebut adalah melakukan penginvestasian kembali sebagian dari profit bisnis perusahaan dalam aktivitas bisnis perusahaan sehingga perusahaan memiliki daya tahan yang tinggi terhadap fluktuasi usaha. 
    Hal ini jelas berbeda dengan perusahaan yang tidak mengembangkan budaya perusahaan The Living Company dimana keuntungan perusahaan hanya dinikmati oleh sang pemilik perusahaan dan membiarkan perusahaan dalam kondisi keuangan yang tidak sehat. Dan apabila terjadi resesi atau krisis ekonomi maka perusahaan tersebut dapat dipastikan akan lebih cepat mengalami tekanan finansial (Finansial Distress) yang sering kali berakhir dengan kebangkrutan.

Manager Performance and Development
Manajer merupakan individu yang secara operasional bertanggung jawab terhadap pencapaian tujuan dari organisasi. Untuk dapat mengelola perusahaan dengan baik, manajer perlu memiliki berbagai pengetahuan (Knowledge), Kemampuan (Skills), dan perilaku (Behavior) tertentu yang berkaitan dengan profesinya. Dengan demikian peningkatan kinerja dan pengembangan kemampuan manajer melalui serangkaian kegiatan kompensasi yang menarik, serta program Training dan Development secara berkelanjutan seharusnya menjadi tujuan dari setiap perusahaan.

Worker Performance and Attitude
Selain manajer, sumber daya manusia yang harus mendapatkan perhatian besar dari perusahaan adalah para karyawan. Hal penting lain yang harus diketahui oleh setiap perusahaan adalah sikap para karyawan terhadap pekerjaan dan juga perusahaan. Sikap ini antara lain berkaitan dengan kondisi kerja dan kompensasi yang diterima oleh para karyawan. Maka dari itu untuk kepentingan jangka panjangnya, perusahaan harus membuat tujuan yang spesifik terkait dengan pemeliharaan dan pengembangan karyawan dengan harapan karyawan-karyawan tersebut dapat bekerja dengan baik.

Public Responsibility
Bisnis harus memiliki tanggung jawab terhadap sosial seperti memajukan kesejahteraan masyarakat. mencegah terjadinya polusi, menciptakan lapangan kerja, dll. Untuk saat ini perusahaan yang melakukan kegiatan produksi barang dan jasa semakin didorong untuk mengambil suatu kebijakan Eviromental Sustainability yaitu pengembangan strategi dari usaha yang dapat memelihara lingkungan hidup secara berkelanjutan yang dimana pada saat itu juga perusahaan dapat menghasilkan laba. Tabel dibawah menunjukkan berbagai aktifitas yang dapat dilakukan perusahaan yang dikelompokkan dalam beberapa kisi untuk mencapai keadaan lingkungan hidup yang berkelanjutan.


    Pada tingkat yang paling dasar, perusahaan melakukan berbagai aktivitas yang berhubungan dengan pengendalian dan pencegahan polusi (Pollution Prevention).
    Pada tahap kedua, perusahaan bisa melakukan aktifitas Penatagunaan Produk (Product Stewardship) yang dimana pada kegiatan produksi ini perusahaan tidak hanya meminimalisasi terjadinya polusi dari kegiatan produksi melainkan juga memperkecil dampak yang ditimbulkan dari produk jadi perusahaan selama masa siklus daur hidup produk tersebut terhadap lingkungan.
    Pada tahap ketiga, perusahaan merencanakan untuk menetapkan teknologi lingkungan baru (New Environmental Technology). Sebagai contoh, perusahaan Monsanto yang telah menggeser teknologi pertanian lama yang banyak menggunakan bahan-bahan kimia dengan bioteknologi.
    Pada tahap keempat, perusahaan dapat mengembangkan suatu Visi berkelanjutan (Sustainability Vision) yang merupakan suatu visi yang bisa menjadi pemandu bagi pengembangan produk, proses produksi, teknologi produksi dan berbagai macam hal lainnya yang dapat menjamin tercapainya Environmental Sustainability.
    Selain memerhatikan dampak perusahaan terhadap lingkungan hidup, di dalam menjalakan kegiatan usahanya, pengurus perusahaan hendaknya tidak hanya sebatas memerhatikan kepentingan para pemegang saham (Stockholders), melainkan harus memerhatikan pula para pemangku kepentingan (Stakeholders), yaitu para individu maupun lembaga di dalam (Jones: 1995) dan diluar organisasi perusahaan (Robbins dan Coulter: 2003) yang memiliki kepemilikan (semisal, Shareholders), kepentingan (semisal, pemasok), maupun peranan yang ada di dalam organisasi (semisal, Manajer dan Karyawan) yang akan dipengaruhi oleh keputusan dan tindakan yang dibuat perusahaan.
    Para pengurus perusahaan haruslah memperhatikan apakah kegiatan usaha yang dilakukan oleh perusahaan tidak menimbulkan pencemaran yang membahayakan lingkungan di sekitarnya? Atau apakah perusahaan telah menjalankan kewajibannya untuk membayar pajak yang menjadi hak negara dimana tempat perusahaan itu berdiri dan menjalankan usahanya? Sudahkah perusahaan memberikan gaji yang layak kepada para karyawannnya? Kegagalan perusahaan untuk memerhatikan kepentingan para Stakeholders sering kali menyebbkan kesulitan yang sangat besar terhadap kelancaran operasional perusahan.

B2B vs B2C

    Aktivitas bisnis yang dilakukan oleh perusahaan dapat dibedakan melihat kepada siapakah perusahaan memasarkan produknya. Apabila perusahaan menjual produknya kepada perusahaan lain, maka perusahaan tersebut dapat dikatakan tengah melakukan aktivitas Business to Business (B2B). Sebagai contoh, pada saat perusahaan ban GoodYear menjual produk bannya ke perusahaan perakitan mobil, maka GoodYear dikatakan tengah melakukan B2B. begitu juga dengan PT. Bogasari menjual tepung kepada PT.Indofood Sukses Makmur yang akan diolah lebih lanjut menajdi mie instan, maka PT. Bogasari dapat dikatakan melakukan B2B.
    Sedangkan, aktifitas bisnis lainnya adalah aktivitas bisnis yang dilakukan oleh perusahaan yang menjual produknya langsung kepada konsumen. Aktivitas bisnis ini dikategorikan sebagai aktifitas Business to Consumer (B2C). Sebagai contoh, pada saat toko Alfamart menjual berbagai jenis barang kebutuhan sehari-hari (Consumer Goods) melalui jaringan gerainya yang ada di seluruh Indonesia, maka Alfamart dapat dikatakan tengah melakukan aktivitas bisnis B2C.

Komentar